Karakteristik Seni Budaya Islam Dan Peranan Dai Dalam Pengembangannya

By | 22/04/2012
KARAKTERISTIK SENI DAN BUDAYA ISLAM DAN PERANAN DAI DALAM PENGEMBANGANNYA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
menurut Quraish Shihab bahwa keesaan berisi satu inti di pusatnya, dan sejumlah orbit unisentris di sekelilingnya. Pada orbit-orbit itulah prinsip keesaan mengejawantahkan diri dalam tingkat yang berbeda-beda. Dengan demikian, dari keesaan Tuhan, dan kepada keesaan-Nya, memancar kesatuan-kesatuan lainnya, seperti kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supranatural, kesatuan ilmu dalam berbagai disiplin dengan amal, kesatuan sosial budaya, seni dan praktik-praktiknya, dan sebagainya.
Dalam tulisannya “ Art and Cultur in the Islamic World” Oleg Grabor menjelaskan, bahwa sains, seni dan budaya Islam jelas-jelas memiliki corak dan karakteristik yang berbeda dengan seni dan budaya masyarakat dunia lainnya yang lainnya, berikut sejumlah kekhasan dan keunikannya. Seperti halnya juga Kristen, Budha, Eropa, China dan sebagainya. Hal ini bisa dimengerti, karena semua bentuk-bentuk karya seni dan budaya bahkan sains dan teknologinya tidak semata-mata lahir dari dunia yang kosong atau hampa, tapi ia merupakan wujud dari hasil dialog antara idealitas dan system keyakinan si pencipta (kreator)nya dengan realitas dan tuntutan sejarah yang mengililinginya.
Sekalipun demikian bukan berarti sains dan teknologi serta seni dan budaya Islam sama sekali tanpa mengadopsi dari luar doktrin mereka, bahkan mungkin sebagian dalam hal-hal yang bersifat teknis hampir sepenuhnya juga berangkat dari luar doktrin. Karena doktrin-doktrin dalam Islam pada umumnya lebih bersifat dan bernuansa pada sesuatu yang lebih universal, dorongan kemajuan, tidak berbicara pada hal-hal yang bersifat teknis. Oleh karena itu para sarjana muslim sebagai kreatornya, telah mengambil dan mengadopsi unsur-unsur luar dengan begitu antusias, kemudian menyesuaikannya dengan konsep-konsep ajaran Islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik seni dan budaya dalam islam?
2. Bagaimana peranan dai dalam mengembangkan seni dan budaya islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Seni Dan Budaya
Dari segi makna literal, seni ialah halus, indah atau permai. Dari segi istilah, seni ialah segala yang halus dan indah lagi menyenangkan hati serta perasaan manusia. Dalam pengertian yang lebih padu, ia membawa nilai halus, indah, baik dan suci berguna dan bermanfaat serta mempunyai fungsi dan nilai sosial.
Sedangkan Kebudayaan adalah hasil gagasan dan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan cara belajar.
B. Sikap Islam Terhadap Seni
Pada dasarnya, sesuatu yang indah itu disukai oleh Allah kerana Dia zat yang Maha Indah dan menyukai yang indah. Islam mempunyai kriterianya yang tersendiri untuk dijadikan pengukur pedoman bagi menentukan halal atau haramnya sesuatu karya seni itu. Kriteria pertama ialah seni atau karya seni itu mestilah baik yaitu yang mempunyai cirri-cirinya yang khusus. Antaranya ialah tidak merosakkan budi pekerti yang mulia serta tidak melalaikan orang dari beribadat dan mengingati Allah. Kriteria penolakan pula ialah seni atau karya seni tersebut buruk yaitu boleh merosakkan moral, melalaikan diri daripada beribadat kepada Allah dan sekaligus melupakanNya.
Namun pada sisi yang lain, berbagai larangan Nabi SAW dan para ulama mereka untuk melukis dan menggambar mahluk hidup dan membuat patung yang bernyawa/bersyahwat dalam mewujudkan corak keindangan ruangan meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya secara langsung dalam al-Qur’an, kegiatan mereka dalam mewujudkan gagasan keindahan, tak pernah kehilangan arah. Kreasi dan potensi seni mereka, kemudian dialihkannya pada berbagai bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang indah dan rumit. Mereka membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik seperti gelas atau guci, karpet, dan sebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan atau tumbuh-timbuhan yang dianggap bukan sejenis hewan atau manusia. Khusus untuk ruangan-ruangan tertentu atau tempat-tempat yang dianggap layak, biasanya selalu diselipi atau bahkan dimunculkan ayat-ayat al-Qur’an, hadits atau kata-kata hikmah, dengan pola seni tulis (kaligrafi), diwany, kuufy, riq’y, naskhy, tsulusty, atau yang lainnya yang sangat indah. Semua ini merupakan bentuk-bentuk kesatupaduan antara nilai-nilai seni dan budaya termasuk selipan nilai-nilai dakwah islamiyah secara umum. Berbagai desain interior muslim dimanapun, baik bangunan ibadah, istana maupun umum selalu menunjukkan muatan yang tak pernah kosong bagi para penghuninya, khususnya dalam menghubungkan antara dirinya dengan pemilik seluruh ruangan dan alam semesta, Allah Rabb al-‘alamin.
C. Ciri-Ciri Seni Dan Kebudayaan Dalam Islam
Seni dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan memperkukuhkan amal kebajikan dan kebaikan dikalangan ummah. Hasil seni boleh menjadi faktor pendorong yang intensif bagi mengingati dan memuji Allah. Daya seni yang dikurniakan oleh Allah adalah bertujuan untuk menimbulkan keikhlasan dan kesedaran dalam diri manusia. Dengan bakat seni yang ada, para seniman muslim ternyata mampu menggunapakai pelbagai teknik, bentuk seni yang terbuka di tempat yang berlainan ke dalam daerah seni dan budaya Islam.
Kesenian Islam menyahut seruan sebilangan keperluan asas masyarakatnya. Ia juga mengukuhkan persiapan individu untuk mematuhi ajaran Allah selaras dengan tujuan asas penciptaan mereka. Pernyataan seni ibarat kaedah di antara zat spiritual dan rangka material. Oleh itu, menjadi tanggungjawab para seniman untuk menterjemahkan idea Islam ke dalam bahasa seni. Menurut perspektif Islam, daya kreatif seni adalah dorongan atau desakan yangdiberikan oleh Allah yang perlu digunakan sebagai bantuan untuk memeriahkan kebesaran Allah.
Selain itu, seni juga menunjukkan seni kesatuan atau kesepaduan. Ia bermatlamat meletakkan mohor kesatuan Ilahi kepada kesetiaan perihal dan aktiviti manusia. Kesenian Islam malah semua kesenian tradisional memang sentiasa berorientasikan kepada ‘kegunaan’ : samada untuk spiritual seperti mihrat yang dihias dengan sinar larikan, seni dan ayat al-Quran mahupun pindahan ke atas objek kegunaan harian.
Kesenian Islam tidak berkisar di sekitar manusia individu, ia mempunyai orientasi sosial dan berpaksikan kepada keperluan bersama manusia.
D. Peranan Dai Dalam Pengembangan Seni dan budaya islam.
Dalam realitasnya, dai memiliki potensi cukup penting dalam menyiarkan agama Islam, melalui jalan inilah dai juga berperan besar dalam pengmbangan seni dan budaya islam kepada masyarakat. seperti sejarah wali songo dalam menyiarkan agama islam mereka menggunakan seni dan budaya sebagai perantara dalam penyebaran agama islam.
Posisi seorang dai jadi memperoleh tempat yang prestisius di masyarakat, Dai bukan hanya dipahami sebatas guru atau juru dakwah belaka, melainkan kedudukannya disetarakan dengan kalangan elite (lokal jenius) serta dijadikan “panutan” lingkungan maupun komunitasnya. Ini juga berpengaruh sangat besar dalam dalam mengembangkan seni ndan budaya islam pada masyarakat.
a. Jenis – Jenis Seni Islam
1. Seni suara
2. Seni rupa
3. Seni pakaian
4. Seni sastra
b. Pandangan Ulama’ Dan Fatwa Berhubung Seni Musik
a) Pandangan Imam al-Ghazali
1. tidak terdapat keterangan yang jelas dari sunnah Rasulullah yang melarang penggunaan alat-alat muzik.
2. Sebahagian instrumen muzik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang.
3. Seni muzik yang dilarang ialah seni muzik yang berada di dalam keadaan yang bersekongkol dengan kumpulan pemabuk, perzinaan dan perbuatan dosa yang lain.
4. mendengar lagu itu ada 5 hukum iaitu harus, sunat, wajib, makruh dan haram
Imam al-Ghazali mengklasifikasikan lagu-lagu kepada 7 jenis iaitu :
• Lagu-lagu yang membangkitkan kerinduan untuk menziarahi tempat-tempat suci seperti Mekah dan Madinah
• Lagu yang mengobarkan semangat untuk berjuang mempertahankan aqidah dan negara
• Lagu yang memperihalkan pertarungan dan sikap kelelakian yang pantang mengalah di saat-saat genting
• Lagu yang mengenang peristiwa lampau yang menimbulkan kesedihan yang positif. Mengingatkan diri terhadap hakikat hidup yang sebenar.
• Lagu yang menyifatkan keadaan ketika rela dan sukacita untuk menghargai suasana tersebut dan menikmati kenangannya selama yang mungkin
• Lagu bercorak ghazal yang sopan : memperihalkan kisah cinta dan membayangkan harapan untuk bertemu dan pertautan yang lebih erat di masa yang akan dating
• Lagu yang memperihalkan keagungan sifat-sifat tuhan, memuji serta mentahmidkan kebesarannya
b) Pandangan Imam Shafi’i
1. Menyatakan bahawa nyanyian itu adalah makruh dan melalaikan di dalam kitabnya, Adab al-Qada’
2. Ia menyamai kebatilan dan sesiapa yang mendengarnya maka dia adalah seorang safih dan penyaksiannya ditolak
3. Mendengar nyanyian dari wanita yang bukan mahram tidaklah harus dalam apa jua keadaan samada di tempat terdedah atau di tempat tertutup, samada wanita yang merdeka atau hamba
4. Jika tuan kepada hamba abdi wanita mengumpulkan orang ramai agar mendengar nyanyian abdinya itu, maka dia juga seorang safih dan penyaksiannya ditolak
5. Memakruhkan penggunaan seruling kerana menurutnya itu adalah perbuatan kaum Zindik untuk memesongkan orang dari mendengar al-Quran
e) Pandangan Dr.Yusuf al-Qaradawi
Membuktikan mengenai hukum seni musik yang pada asalnya bersifat harus tetapi boleh berubah kepada hukum-hukum lain berdasarkan beberapa syarat yaitu:
1. Bukan semua lagu itu harus. Isi kandungannya hendaklah bertepatan dengan kesopanan Islam serta ajarannya. Nyanyiannyanyian yang menyanjung pemerintah yang zalim, taghut dan fasiq adalah bertentangan dengan ajaran Islam kerana Islam melaknat para pelaku kezaliman dan para pengampunya.
2. Cara persembahannya juga mesti diambilkira. Kadangkala tajuk lagunya tidak menjadi masalah tetapi cara penyampaian penyanyinya itu yang boleh menyebabkan hukumnya haram, syubhah atau makruh. Ini termasuklah cara nyanyian yang memberangsangkan ghairah seks para pendengar melalui tematema cinta berahi.
3. Hendaklah nyanyian itu tidak diiringi dengan perkara yang haram seperti meminum arak, mendedahkan aurat atau bercampur diantara lelaki dan perempuan tanpa batas dan had.
4. Seperti perkara-perkara harus yang lain, nyanyian hendaklah tidak dilebih-lebihkan terutama nyanyian yang menyentuh perasaan dan kerinduan yang berlebihan. Sekiranya unsur-unsur yang berlebihan ini tidak dikawal, ianya akan mengabaikan hak akal, rohani dan kehendak seseorang, masyarakat dan agama.
5. Sekiranya terdapat unsure nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, mendorong ke arah kejahatan, menjadi lalai dan leka untuk mengerjakan ibadah maka menjadi kewajipan ke atas pendengar untuk menjauhinya, menutup pintu fitnah tersebut demi memelihara dirinya dan agama.

BAB III
PENUTUP

Berbagai gambaran al-Qur’an yang menceritakan begitu banyak keindahan, seperti surga, istana dan bangunan-bangunan keagamaan kuno lainya telah memberi inspirasi bagi para kreator untuk mewujudkannya dalam dunia kekinian saat itu. Istana Nabi Sulaiman as, mengilhami lahirnya berbagai tempat para khalifah atau pemerintahan muslim membentuk pusat kewibawaan, istana dengan berbagai “wujud fasilitas ruang” di atas kebiasaan rakyat biasa. Bahkan hadits Nabi SAW yang menyebutkan “Allah al-Jamiil yuhib al-jamal,” telah mengilhami banyak hal bagi para seniman muslim yang taat untuk mewujudkan sesuatu yang bisa dicintai Tuhannya. Asma-asma Allah SWT, seperti al-Jamiil secara theologies sangat membenarkan para kreator seni untuk memanifestasikannya dalam banyak hal.
DAFTAR PUSTAKA:
– Romli M. Guntur Adakah Seni Rupa dalam Islam, Yogyakarta :2009
– Fauzie Nurdin, Pemberdayaan Dai dalam Masyarakat Lokal, Gama Media, Yogyakarta: 2009
– Ajid Thohir, Sains Seni Dan Teknologi Dalam Islam Yogyakarta: 2007
– Ishak Hj Sulaiman dkk, Seni Dalam Islam Inter Multimedia, Jakarta: 2001

Download File

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.